IDGAF.

Bisa jadi orang yang bisa bersikap 'bodo amat' adalah berkah,
Namun, bisa bersikap demikian kepada orang yang telah menganggap remeh, tidak menghargai, bahkan menggampangkan segala usaha yang telah kita lakukan setelah sebelumnya sempat berekspektasi cukup tinggi kepada'nya', tidak mudah dan memang butuh waktu.

Sakit hati? Sudah pasti. Akan menjadi munafik bila aku tidak mengakui itu, terlebih lagi karena merasa telah dipermainkan, dan menurutku masih manusiawi.

Maaf darinya pun tidak berarti apa - apa, efek dari mati rasa.

Namun, aku tidak ingin menjadi orang yang dengan senang hati memelihara dendam.

Setidaknya, afirmasi positif yang bisa ku berikan kepada diri ini setelah melewati hal yang tidak mengenakkan itu: 
Aku sudah membayar satu 'karma'ku yang menurutku (lumayan) 'parah' di masa lalu, terbayar lunas! Tidak ada lagi yang tersisa.

Aku sudah belajar. Lalu untuk selanjutnya, kelak waktu yang akan membiasakan kembali diri ini.

Aku benci sekali menulis ini, namun kalau pun ada satu hal yang ingin aku sampaikan kepada orang 'itu', yaitu:

"Aku sudah tidak peduli lagi. Silakan jalani harimu sebagaimana mestinya."

Aku belum lama ini melepas 'beban', dan aku tidak mau menambah 'beban' lagi.

Untuk siapa pun yang membaca ini, ketika aku melakukan suatu usaha dan menunjukkan bahasa tubuh yang tidak biasa kuperlihatkan kepada teman-temanku untukmu, itu berarti kamu istimewa. Bila kamu menghargai semua itu, bahkan membalasnya dengan usaha yang serupa, aku tidak akan segan memberimu dunia.



*Tulisan ini diketik sambil menikmati momen matahari tenggelam di Double Six Beach, Seminyak, ditemani sebotol Bintang Radler. Oh ya, sambil mendengarkan lagu berjudul IDGAF dari Dua Lipa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Past, Present, Future: 2024

Inersia.

Sambat.